Beranda | Artikel
Serial Fiqih Pendidikan Anak No 44: ANAK DAN SIFAT AMANAH Bagian 1
Jumat, 14 Oktober 2022

Sifat amanah dan kejujuran mulai langka. Padahal kebangkitan dan kejayaan umat Islam amat ditentukan oleh sikap amanah dari generasi penerus. Banyak muslim yang berpikir pragmatis dalam bekerja dan berdakwah. “Apa yang bisa saya dapatkan”, bukan “Apa yang bisa saya bantu, apa yang bisa saya berikan”. Pakai jurus ‘aji mumpung’. Akibatnya, banyak pejabat yang tersandung kasus korupsi dan masuk bui. Aktivis dakwah pun begitu. “Untuk apa saya susah-susah mengerjakan hal-hal begini. Belum tentu nanti kalau bagus hasilnya bisa saya nikmati.”

Umat Islam menjadi miskin produktivitas dan prestasi. Bekerja tidak lagi murni karena Allah dan untuk memperjuangkan umat Islam. Maka mulai sekarang, kita harus segera menanamkan sikap amanah sejak dini.

Pengertian Amanah

Amanah secara bahasa, berarti jujur, dapat dipercaya. Amanah menurut istilah adalah sesuatu yang harus dipelihara dan dijaga agar sampai kepada yang berhak memilikinya.

Setiap orang yang telah baligh, memikul beban amanah berupa hak dan kewajiban. Orang yang mengingkari amanah berarti mengingkari perintah Allah. Amanah mempunyai akar kata yang sama dengan kata iman dan aman. Jadi, mukmin berarti orang yang beriman, mendatangkan keamanan, juga memberi dan menerima amanah. Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam bersabda,

” لَا إِيمَانَ لِمَنْ لَا أَمَانَةَ لَهُ، وَلَا دِينَ لِمَنْ لَا عَهْدَ لَهُ “

“Tidak ada keimanan bagi orang yang tidak memiliki amanah, dan tidak ada agama bagi orang yang membatalkan perjanjiannya.” HR Imam Ahmad dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu dan dinilai sahih oleh Ibn Hibban, adh-Dhiya’ al-Maqdisy juga al-Albany.

Di dalam al-Qur’an disebutkan:

“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, lalu dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh”. QS. Al Ahzab (33): 72.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui”. QS. Al-Anfâl (8): 27.

Secara hablun min Allah, amanah Allah kepada manusia adalah tauhid. Pengakuan bahwa hanyalah Allah yang harus disembah, Allah yang berhak mengatur kehidupan manusia dan Allah yang harus menjadi akhir tujuan hidup. Pelanggaran terbesar terhadap tauhid adalah syirik. Musyrik berarti berkhianat kepada Allah. Amanah manusia terhadap Tuhan adalah memelihara semua ketentuan-Nya, dengan melaksanakan semua perintah-Nya dan meninggalkan semua larangan-Nya.

Secara hablun minan nas, amanah adalah memenuhi hak dan kewajiban terhadap sesama manusia sesuai dengan syariat Allah. Amanah manusia kepada orang lain, misalnya mengembalikan titipan kepada yang punya, tidak menipu dan curang, serta menjaga rahasia. Amanah pada diri sendiri adalah menggunakan seluruh umur yang diberikan Allah untuk mengabdi kepada-Nya. Amanah pada keluarga yaitu memenuhi hak dan kewajiban sebagai suami, isteri, orangtua, anak. Amanah pada masyarakat, menggunakan seluruh waktu yang dianugerahkan Allah untuk kebaikan dan kemaslahatan umat dan bangsa.

Sikap amanah dalam pribadi anggota masyarakat menciptakan harmonisasi hubungan, kesejahteraan dan kemakmuran suatu bangsa, jujur, transparan, tanggung jawab, disiplin, saling percaya, dan positif thinking.

Bersambung…

@ Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, 29 Shafar 1436 / 22 Desember 2014


Artikel asli: https://tunasilmu.com/serial-fiqih-pendidikan-anak-no-44-anak-dan-sifat-amanah-bagian-1/